skip to main | skip to sidebar

Feb 2, 2012

Adakah Hatiku Terjaga?

Image and video hosting by TinyPic
Tak ada kata yang bisa mewakili bagaimana hati ini kini sendiri. Terlepas dari segala rindu yang kadang mampir menepi, sekedar menggoda hati, menginginkan sapaan yang diimpikan menggenggam buaian. Atau juga tak bisa melukiskan bagaimana harus menceritakan kisah ini hingga membuahkan sebuah perasaan yang indah. Bahkan akan jauh lebih indah jika ia tetap seperti itu. Dalam relung hati yang terdalam. Juga dalam diam.

Maha suci Allah, yang telah menciptakan wanita muslimah seperti engkau. Wanita yang benar-benar menjaga kesuciannya, menjaga kehormatannya. Sekali lagi degup jantungku membuat pesta. Ingin rasanya detik itu berlalu, tak sanggup mata ini melirikmu, hanya menunduk, sebegitu juga hati ini menunduk pada pesonamu. Gadis berjilbab, semampai, berparas cantik, dan mungkin sebagian orang yang menatapmu tak akan melewatkan detik pertama ketika melihatmu. Ya Rabb…perasaan apa ini? Kenapa begitu cepat hati ini bergejolak. Mengalahkan ribuan dzikirku yang biasanya beradu dengan nafasku. Seketika itu juga aku ingin menangis.

Selama ini aku tak tau, bagaimana membahasakan bahasa kalbu. Ketika benih-benih ini mulai tumbuh, aku hanya dapat terus menjauh darimu. Tak bisa lagi kubersikap biasa. Keberadaanmu mengalihkan duniaku. Adalah suatu keniscayaan, bahwa ternyata perasaan ini tak sejalan dengan keberanian. Betapa memang terlalu pandainya diri ini memendam seluruh rasa. Mengendap lindap jauh di rongga hati. Aku hanya bisa menjagamu disini, di hatiku. Bersama doa-doaku yang selalu menerbangkan namamu pada Sang Penggenggam Jiwa.

Entahlah, maafkan apabila keberanian ini tak juga bisa kutemui. Menginginkanmu menjadi bagian dari hidupku sungguh suatu impian yang puncak. Sekali lagi aku melihat diriku dengan segala kekuranganku. Aku berkaca dan melihat di cermin hati, apa pantaskah aku bersanding denganmu? kau, yang menjadikan nafasku begitu berarti. Aku sungguh-sungguh malu dengan diriku. Sepertinya memang perasaan tak pernah sekalipun membohongi kenyataan. Ya, kenyataan bahwa harapan itu kini tak akan mekar.

Yang kau katakan ternyata benar, bahwa kita memang tak bisa menggenggam takdir. Sekuat-kuatnya doaku kutujukan kepada Ilahi Rabbi untuk memintamu. Ternyata kenyataan yang kurasakan begitu pahit, aku benar-benar terbuang. Allah memilihkanmu seorang Adam yang lebih baik daripada aku. Jujur, tak tahu bagaimana aku harus mengatakan apa yang ada di hati. Istana yang megah dan kokoh di hatiku yang dihuni oleh namamu seorang, perlahan pudar. Sebegitu saja berpendar. Hilang sinar.

Aku gelap Aku tak tau bagaimana harus berdiri, melangkah, lalu berlari memanggil cahayamu yang perlahan meredup hingga surut di persimpangan jalan. Rasanya lebih sakit daripada yang kubayangkan sebelumnya. Aku memang salah, tak seharusnya aku mengharap lebih kepada kehadiranmu. Terluka ini memang akan selamanya singgah, karena ternyata engkaulah yang tetap terindah. Entahlah bagaimana lagi aku mengatakan tapi yang jelas sekarang, aku mengikhlaskanmu. Pergilah…pergilah bersama orang yang bisa membahagiakanmu sepenuhnya. Seseorang yang bisa menuntunmu menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Karena aku akan sangat bahagia melihatmu bahagia. Walau tidak disampingku.

Sekarang aku tau, bahwa Allah mempunyai skenario lain yang aku, kau, dan dia tidak tau. Hai "jilbabku", tetaplah menjadi muslimah yang anggun, muslimah yang menyejukkan pandangan, muslimah yang menjaga hati, menjaga pandangan, menjaga aurat, menjaga dirinya. Engkau adalah sebaik-baik perhiasan di dunia…




Salam dariku

1 comment:

  1. eheeeemm...
    ini artikel buat siapa yaaa....?? *SIGH*

    ReplyDelete

 

personal blog Copyright © 2011 | Template created by O Pregador | Powered by Blogger